Selasa, 13 April 2010

'Kafan Yesus' Kembali Menuai Kontroversi

Vatikan | Tuesday, 13/04/2010 | Oleh: Khatami Ibrahim
Ilustrasi
Vatikan kembali memamerkan kain kafan Turin yang diyakini membungkus tubuh Yesus Kristus setelah disalibkan.
Kain kafan Turin yang diyakini membungkus tubuh Yesus Kristus setelah disalibkan kembali dipamerkan untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir. Namun,  kafan itu mengundang kontroversi dan kembali dipertanyakan keasliannya.
Kain berpola kerangka berukuran 1,21m x 4,42m itu berlumuran bercak darah manusia. Kain itu menampakkan secara jelas sosok seseorang yang baru saja menjalani hukuman penyaliban.
Gambaran yang paling terkenal yaitu sosok wajah Yesus lengkap dengan janggut tebalnya memang tak bisa dengan mudah dilihat mata telanjang. Gambaran wajah itu baru terlihat pada akhir abad ke-19 dalam sebuah foto yang diambil oleh seorang fotografer amatir. Bayangan wajah di atas kafan inilah yang kemudian diyakini sebagai wajah Yesus.
Gereja Katolik sendiri menolak untuk mempedebatkan soal keaslian kain kafan itu. Vatikan berharap 1,5-2 juta orang akan datang melihat kain itu. Paus Benediktus XVI sendiri direncanakan akan datang ke pameran pada 2 Mei mendatang.
Sebelum pameran digelar, Uskup Turin Kardinal Severino Poletto menegaskan arti penting obyek suci bagi Gereja Katolik itu. "Pameran kain kafan suci adalah sebuah peristiwa rohani dan keagamaan bukan gelaran wisata atau komersial," kata Kardinal Poletto, seperti dilansir BBC, Selasa (13/4).
Sementara itu Direktur Pusat Sindologi Internasional Turin Bruno Barberis, menegaskan keaslian kain tersebut. "Banyal penelitian membuktian bahwa noda di atas kain itu adalah darah manusia bukan buatan pelukis. Gambaran yang ditinggalkan memang sebuah citra yang diakibatkan oleh jenazah yang sesungguhnya. Sehingga saya pikir, tingkat keaslian kain kafan ini sangat tinggi, " kata Barberis yang lembanganya giat meneliti soal kain kafan Yesus ini.
Seorang sejarawan yang telah banyak menulis buku seputar masalah ini, Ian Wilson yakin kain kafan Turin itu memang kain yang membungkus jenazah Yesus. Sebab, sampel yang diambil untuk penelitian pada 1988 itu diambil dari tempat yang tidak seharusnya, yaitu pojok kiri atas.
Sebelum 1840, satu-satunya cara memamerkan kain itu adalah kain itu direntangkan dan dipegang oleh sedikitnya tiga orang uskup. Sehingga sangat mungkin ujung kain itu sudah terkontaminasi. Keraguan lainnya adalah sampel yang diambil adalah bagian yang sudah diperbaiki dengan menggunakan kain biasa.
"Masalah lain adalah kain itu nyaris terbakar pada 1532 dan asap kebakaran mengakibatkan banyak pengaruh. Semua faktor inilah yang memungkinkan penelitian karbon menjadi tidak akurat," tambah Wilson.
Profesor Gordon Cook dari Pusat Riset Alam Universitas Skotlandia dengan tegas mengesampingkan teori bahwa kain itu telah banyak terkontaminasi tangan manusia mengganggu hasil penelitian karbon. "Metode pra perawatan yang kami lakukan seharusnya mampu menyingkirkan kontaminasi itu," kata Prof Cook yang dikenal sebagai pakar penanggalan karbon.
"Perhitungan karbon kami lakukan di tiga laboratorium berbeda sehingga kami yakin kami telah melakukan perhitungan yang benar," tambah dia. Satu-satunya pertanyaan saat itu, lanjut Cook, adalah apakah kain kafan itu sudah tercampur dengan kain yang usianya jauh lebih mudah atau tidak.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda